Jumat, 29 Agustus 2008

Salam Perjuangan


Sabarlah wahai saudaraku tuk menggapai cita
jalan yang kau tempuh sangat panjang
tak sekedar bongkah batu karang

yakinlah wahai saudaraku
kemenagan kan menjeleng
walau tak kita hadapi masanya
tetaplah Al haq pasti menang

tanam di hati benih iman sejati
berpadu dengan jiwa Rabbani
tempa jasadmu jadi pahlawan sejati
tuk tegakkan kalimat illahi

Selasa, 26 Agustus 2008

Meraih Syurga dan Janji Allah


;Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang orang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah ?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan

kejinya itu sedang mereka mengetahui; ( QS. Ali 'Imran : 133 -135

Jalan kehidupan laksana lorong panjang yang penuh dengan masalah Hanya manusia yang memiliki obor kehidupan berupa pedoman (manhaj) hidup yang benar yang dapat melewatinya dengan selamat. Namun kalau kita perhatikan, betapa banyak orang-orang yang tidak konsisten dalam menerapkan manhaj tersebut. Kebanyakan manusia cenderung ingin mendapatkan kesenangan fana tak berujung. Mereka menghabiskan seluruh kesempatan hidupnya untuk sebuah pesta lomba mengejar prestasi dunia meraih popularitas berbanyak-banyak harta dan keturunan, memburu kedudukan dan pangkat. Yah! alangkah sempitnya dunia ini dengan type manusia seperti ini. Manusia-manusia yang sejak bangun dari tidurya hingga tidur kembali hanya disibukkan oleh dunia. Dunia dijadikan tujuan, bukan lagi sarana demi mencapai tujuan yang hakiki, sehingga mereka terus berlomba untuk mengejarnya. Sebagai seorang Muslim hendaknya bisa menjaga diri dari tarikan-tarikan dunia yang penuh dengan ma'siat, membentenginya dengan iman, serta senantiasa mengingat janji Allah yang pasti, yaitu syurga

Tidak sedikit orang dengan entengnya mengatakan bahwa dunialah yang dapat memuaskan diri (hawa nafsu), sebagai tempat menentramkan jiwa mereka melihat semua ini karena banyak dunia dipenuhi dengan berbagai macam ma'siat yang kongkrit. Bukan! bukan ini sebenarnya. Sungguh Allah telah memerintahkan kita agar mempercepat diri meraih janji dan ampunan-Nya. Tentu tidak hanya dengan omong kosong saja, tapi dibarengi dengan'amal semaksimal mungkinDalam ayat diatas Allah telah menyediakan syurga dan ampunan-Nya untuk mereka yang bertaqwa. Diantara ciri-ciri orang yang bertaqwa, adalah

1. Berinfaq dalam Keadaan Lapang dan Sempit

Berinfaq tidak hanya terbatas pada harta saja, tetapi segaia kelebihan yang ada pada diri kita. Baik berupa kekuatan, kemahiran atau tenaga Semua itu adalah pemberian Allah SWT kepada setiap manusia. Oleh karena itu sebagai seorang Muslim hendaknya kita menggunakan potensi yang berharga ini untuk meraih dan mengejar janji Allah dan Ampunan-Nya yang besar yang berupa syurga dan segala kenikmatan-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

;Perumpaman syurga yang dijanjikan untuk orang-orang yang bertaqwa……….. (QS Ar-Ra'du : 35)

Bagi mereka yang mempunyai kelebihan harta, hendaklah harta itu disalurkan dan diinfaqkan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq).Dengan niat yang bersih dan kelurusan sikap dalam membelanjakannya dijalan Allah maka akan terasa ni'matnya berinfaq Kalau kita perhatikan bentuk kedermawanan Rasulullah SAW dalam berinfaq, tak ada yang dapat mengunggulinya. Sampai-sampai pada bulan Ramadhan beliau lebih gemar lagi membelanjakan hartanya untuk infaq Sehingga tak heran kalau sosok pribadi seperti beliau dijuluki sebagai orang yang paling dermawan baik dalam keadaan lapang maupun sempit Demikianlah Rasulullah mencontohkan para sahabatnya tentang masalah infaq mengingat begitu urgennya membelanjakan harta di jalan Allah (Fii Sabilillah).

Kemudian di ayat lain Allah memerintahkan kepada kita tidak bersifat kikir manakala harta kekayaan kita melimpah ruah, karena sikap kikir itu tak akan mendatangkan keuntungan, justru sebaliknya. Firman Allah 'ingatlah, kamu ini orang yang diseru untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah, maka diantara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah lah Yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan-Nya; (QS.Muhammad : 38)

2. Mengendalikan Amarah

Marah merupakan salah satu sifat yang tak mungkin terlepas dari manusia,karena yang demikian merupakan fitrah manusia. Namun walaupun demikian sifat marah ini harus ditempatkan pada proporsinya, jangan sampai dikendalikan untuk hal-hal yang buruk. Rasulullah SAW mensinyalir dalam

sebuah haditsnya: Laa Taghdhab (janganlah kau marah).

Rasulullah memerintahkan kepada seseorang yang sedang marah hendaklah segera berwudhu, karena ia datang dari syetan laknatullah. Dan syetan sendiripun diciptakan Allah dari api maka padamkan ia dengan air. Untuk itu maka seorang Muslim hendaklah menjadikan sabar sebagai senjata dalam menghadapi kemarahan. Dan sabar inilah yang langsung mendapatkar kesertaan/pengawasan dari Allah, sebagai Firman-Nya

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.(QS. AI-Anfal :46)

Imam Asy-Syahid Abdullah 'Azzam dalam satu bukunya Fit Tarbiyatil Jihad Wal Bina, mengatakan: ;Kedudukan sabar dalam Islam, bagaikan kepala dari jasad, karena tak ada jasad tanpa kepala. Demikian pula tidak ada agama kecuali dengan sabar

Betapa tinggi derajat orang-orang sabar disisi Allah. Yaitu mereka yang dapat mengendalikan dirinya dari amarah karena mengharap ridha Allah semata. Inilah yang disinyalir Allah dalam AI-Qur'an:

Sesungguhnya cukuplah bagi orang-orang sabar mereka pahala tanpa batas.;(QS. Azzumar:10)

3. Sikap Pemaaf kepada Manusia

Seorang Muslim hendaklah memiliki jiwa pemaaf sebagai tanda orang mulia dan penyayang. Sifat pemaaf ini termasuk salah satu sifat orang mukmin Allah berfirman: 'Tetapi ingatloh, siapa yang memaafkan dan mendamaikan maka ganjarannya adalah (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang Zhalim

Mungkinkah seorang Muslim menjadi mulia apabila ia tidak memaafkan saudaranya ?

Mungkinkah seorang Muslim menjadi seorang penyayang, jika tidak menutupi aib saudaranya? Mungkinkah seorang Muslim menjadi hina karena ia bersabar menasihati saudaranya yang salah dan memaafkannya bila melakukan kesalahan dan kekeliruan? Bahkan seseorang akan mulia kalau ia mampu menyadari 'aibnya sendiri

Cara menutupi 'aib dan memaafkan kesalahan saudara Muslim ini bukan berarti meninggalkan nasihat langsung kepada yang bersangkutan dengan cara diam diam dan tidak berarti menggugurkan kewajiban amar ma'ruf nahi mungkar jika salah seorang saudaranya terjerumus kedalam dosa. Sebab jika nasihat-menasihati karena Allah tidak jalan, maka kebaikan Ukhuwah Islamiyah tidak akan terwujud. Begitu juga tidak dilakukan saling tegur dan amar ma'ruf nahi mungkar sesama saudara, ukhuwah tidak bemilai

disisi Allah dan Syari'at-Nya.

Sehubungan dengan QS 3:134 ini Buya Hamka Alm. dalam Tafsir Al-Azharnya menulis

;Di ayat ini diberikan tuntunan terperinci dan lebih jelas yang diperlombakan itu ialah kesukaan memberi, kesukaan menderma untuk mengejar syurga yang seluas langit dan bumi, sehingga semua bisa masuk dan tidak akan ada perebutan tempat. Disebut dengan terang, yaitu dalam waktu senang dan dalam waktu susah orang senang berderma dan orang susahpun berderma. Orang kaya berderma, orang miskin berderma. Tidak ada yang bersemangat meminta, tetapi semua bersemangat memberi. Sehingga si miskinpun tidaklah berjiwa kecil, yang hanya mengharap-harap belas-kasihan orang. Meskipun dia tidak mempunyai uang, namun dia ada mempunyai ilmu untuk diajarkan. Atau tenaga untuk diberikan. Semuanya berlomba-lomba mengejar syurga yang luas-lapang dan selapang langit dan bumi, tidak bersempit-sempit. Maka kalau ada yang mengecewakan atau membuat yang patut menimbulkan marah karena ada yang calih, seumpama-pepatah: Ketika menggarap tanah, cangkul banyak berlebih, tetapi ketika membagi makanan, piring sangat berkürang.

Hal ini bisa menimbulkan marah, karena ada yang Thufaily; yaitu orang yang bekerja malas, tetapi makan mau. Maka Mu'min yang berjiwa besar tidak mengambil pusing hal yang demikian. Dia asyik bekerja, mana dia perduli kalau ada yang malas? Bukan saja menahan marah, bahkan juga memberi maaf.

; Di sini kita lihat tingkat-tingkat kenaikan takwa seorang mu'min Pertama mereka pemurah; baik dalam waktu senang atau dalam waktu susah. Artinya kaya ataupun miskin berjiwa dermawan. Naik setingkat lagi; yaitu pandai menahan marah. Tetapi bukan tidak ada marah. Karena orang yang tidak ada rasa marahnya melihat yang salah; adalah orang yang tidak berperasaan. Yang dikehendaki di sini, ialah kesanggupan mengendalikan diri ketika marah. Ini adalah tingkat dasar. Kemudian naik setingkat lagi, yaitu memberi maaf.

Kemudian naik ke tingkat yang di atas sekali; menahan marah, memberi maaf yang diiringi dengan berbuat baik; khususnya kepada orang yang nyaris dimarahi dan dimaafkan itu. Ini behar-benar menunjukkan jiwa yang terlatih dengan takwa.

4, Dzikrullah Ketika Berhadapan dengan Ma'siat atau Berlaku Zhalim terhadap Diri sendiri

Ma'siat adalah salah satu penyakit hati yang menyebabkan terhalangnya seseorang masuk syurga. Banyak orang yang remeh terhadap ma'siat,sehingga mudah terjerumus kedalam lingkaran syetan.Manakala seseorang sadar akan pengawasan ketat dari Allah maka tidak akan mudah baginya untuk berbuat ma'siat meskipun peluang begitu banyak untuk melakukannya. la terkendali dan waspada saat berhadapan dengan

godaan-godaan dunia yang menggiurkan.

Bagi seorang Muslim hendaklah menyadari dirinya diawasi oleh Allah. Dari sini akan muncul dorongan hati untuk beramal baik dan tingkah laku uang terarah sesuai dengan Manhaj Rabbani. Orientasi hidupnya akan tertuju pada Allah semata. Benarlah apa yang disinyalir Rasullah SAW dalam salah satu haditsnya: ;Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, kalaupun engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.(AI-Hadits)

Diantara tingkatan orang bertaqwa adalah cepat ingat Allah (dzikrullah) tatkala terkena bisikan syetan, dan pada saat itu pulalah mereka melihat kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat. Firman Allah SWT: ;Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila mereka terkena bisikan syetan mereka segera mengingat Allah, dan saat itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahan mereka.; (QS. AI-Araf : 201)

Itulah beberapa point dari sekian ciri-ciri orang bertaqwa yang akan mendapatkan ampunan dan syurga Allah SWT. Sifat-sifat inilah yang harus kita jadikan bekal untuk mendapatkan janji Allah tersebut. Kenapa mesti diperlambat??

Wallahu A'lam bishshowab

Meraih Sukses Ramadhan


Rosulullah pernah bersabda betapa banyak dari umatku yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa apa kecuali lapar dan haus saja.ini mengindikasikan bahwa ternyata untuk bisa mendulang sukses selama bulan ramadhan tidak cukup hanya dengan tidak makan dan tidak minum saja tetapi perlu trik khusus sehingga kita bisa mengoptimalkan amalan ramadhan kita.mulai dari persiapan sampai pada pelaksanaan ibadah ramadhan

Kalau kita lihat sejarah rosulullah menyiapkan diri tuk menyambut ramadhan di mulai sejak dua bulan sebelum ramadhan,lewat do’anya yang sangat terkenal”Allahumma bariklana fii rajaba wa sya’ban wa balighna ramadhan,sejak mulai bula rajab rosulullah sudah berdo’a untuk di pertemukan dengan bulan ramadhan,

Untuk menuju sukses dalam ramadhan paling tidak ada beberapa amalan yang wajib kita kerjakan

Tilawah Qur’an

Qiyamul Lail

I’tikaf

Shodaqah

Umroh

  1. TILAWAH QUR’AN

Suatu hari sahabat bertanya pada rosulullah berapa harikah saya harus mengkhatamkan Al Qur’an?Rosulullah menjawab tiga puluh hari,

Hal ini berarti kita harus mengkhatamkan 1 juz al qur’an tiap hari,dan ini di tanyakan ketika di luar ramadhan,kalau dalam bulan ramadhan tentunya harus lebih dari itu.

Dalam sebuah hadist di katakan bahwa Al Qur’an nanti akan datang pada hari kiamat dan memberi syafa’at pada ahlinya yaitu orang yang membacanya.

Rosulullah juga bersabda:

“shiyam dan bacaan qur’an dapat memberi syafaat kepada seseorang pada hari kiamat, shiyam mengatakan “yaa rabb aku telah mencegahnya dari makan dan minum di siang hari,sedangkan Qur’an berkata:aku tealh melarangnya dari tidur di malam hari,maka dari itu berikanlah dia syafaat karena kami.

  1. QIYAMUL LAIL

Shalat yang di erjakan pada malam hari di sebut qiyamul lail atau shalat lail,dan sering di sebut juga dengan shalat tahajjud dan bila di kerjakan pada malam bulan ramadhan maka di sebut shalat tarawih.

“Sesnugguhnya ramadhan adalah bulan yang di wajibkan Allah untuk shaum dan aku sunahkan shalat pada malam harinya.Maka barang siapa yang menjalankan shaum dan shalat pada malam harinya karena iman dan mengharap pahala,niscaya ia bebas dari dosa dosa seperti saat ia dilahirkan ole ibunya”(HR An nasa’i)

“Sesungguhnya apabila seseoarang shalat(tarawih)bersama imam hingga selesai baginya di catat melaksanakan shalat semalam suntuk”(HR Abu Dawud)

  1. I’TIKAF

Secara bahasa I’tikaf artinya diam,menahan dan menetap.Menurut Al fayumi,I’tikaf adalah menekui sesuatu.Oleh karena itu bagi orang yang menghuni masjid dan melaksanakan ibadah di dalamnya disebut mu’takif dan akif

Secara Syar’I I’tikaf adalah menetap dan tinggal di masjid dalam rangka melaksanakan ketaatan kepada Allah disertai dengan niat yang khusus.

Jumat, 22 Agustus 2008


Masuk Surga Atau Neraka Karena Lalat

Dari Thariq bin Syihab bahwa Rosulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
“Seseorang masuk surga gara gara seekor lalat dan seseorang masuk neraka gara gara seekor lalat pula,Mereka bertanya,Bagaiman hal itu terjadi wahai Rosulullah?Beliau menjawab,Ada orang lelaki melewati suatu kaum yang mempunyai berhala.siapapunyang melewati harus menyajikan sesuatu sebagai qurban bagi berhala itu.Mereka berkata pada salah satu dari keduanya,sajikanlan qurban,Dia berkata:Aku tidak mempunyai apapun untuk kukurbankan baginya,Mereka berkata:Sajikanlah kurban baginya meskipun hanya seekor lalat,maka menyajikan kurban lalat bagi berhala itu ,lalu merekapun melepaskannya,sehingga dia masuk neraka.Mereka berkata pada orang satunya lagi,sajikanlah kurban,dia menjawab:aku tidak mempunyai apapun selain Allah azza wa jalla yang kukurbankan bagiNya.maka merekapun memenggalnya,sehingga dia masuk surga”(Diriwayatkan Ahmad)

Rabu, 20 Agustus 2008

Merenda Harapan Bulan Ramadhan


Merenda Harapan Bulan Ramadhan
(Implementasi Nilai Ramadhan Dalam Kehidupan Masyarakat)

Saudaraku ramadhan adalah bulan yang mulia dan dimuliakan oleh Allah ta’ala bulan dimana Al Qur’an diturunkan,amalan kita di lipat gandakan,pintu surga dibuka,maghfiroh Allah terbuka luas untuk hambanya.Begitu besar keutamaan dari bulan mulia tersebut lalu apakah kita akan menyia-nyiakan begitu saja?Apakah kita hanya akan terjebak dalam ritual ibadah saja tanpa mencermati nilai dari perintah puasa.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Marilah coba kita cermati perintah puasa dalam surat al baqarah 183 tersebut
Allah menyeru kepada kita dengan kata yaa ayyuhalladzina aamanu (Hai orang orang beriman) bukan dengan hai manusia,ini adalah bentuk penghargaan Allah terhadap hambanya padahal Allah maha tau tentang diri kita yang mungkin sering bermaksiat padanya tetap memberi penghargaan yang sungguh luar biasa dengan memanggil kita hai orang orang yang beriman,orang beriman tinggkatan yang lebih tinggi dari pada sekedar seorang muslim.ini mengajarkan pada kita untuk menghargai orang lain walaupun kita sudah tau kedudukan mereka rendah tetapi tetap kita dudukan pada posisi yang berharga.ini mengajarkan kita untuk tawadhu’ tidak sombong dan mampu menghargai orang lain.

Dalam ayat ini Allah menggunakan kata “kum”(kalian) bukan “ka”(kamu) ini mengindikasikan tentang bentuk jamak yang berarti kita tidak bisa melaksanakan ibadah ini secara maksimal dengan sendirian saja,kita perlu bantuan orang lain mulai dari keluarga,masyarakat sampai pada Negara,untuk menciptakan suasana yang konduksif untuk menjalankan ibadah kita.
Hal ini mengajarkan pada kita untuk peduli dengan lingkungan sekitar kita,tidak ada gunanya jika kita baik tetapi orang orang di sekitar kita perilakunya menyimpang dari syariat islam,berkenaan dengan hal tersebut Rosulullah sudah mencontoh pada kita semua,ketika peristiwa isra’ mi’raj dimana rosulullah mendapat kenikmatan yang luar biasa dengan bertemu secara langsung dengan Allah ta’ala yang tidak diberikan pada nabi yang lain,kalau pada waktu itu rosulullah adalah orang yang tidak peduli dengan masyarakat pasti beliau tidak akan kembali ke dunia karena pada waktu itu di dunia tidak ada yang bisa di harapkan lagi,kita tentu ingat pada waktu itu adalah tahun yang paling menyedihkan bagi rosulullah dimana orang orang yang beliau cintai meninggal dunia,mulai dari istri beliau sampai pada paman yang selalu melindungi dakwah beliau,dan di sisi lain masyarakat arab begitu memusuhi beliau.Sekali lagi seandainya beliau tidak peduli dengan lingkungan sekitar pasti beliau tidak akan kembali ke dunia.

Dan di akhir ayat Allah menggunakan kata “tataqun”(bertaqwa),bukan “muttaqin”(orang yang bertaqwa),Allah menggunakan kata kerja bukan kata sifat ini memberi pelajaran pada kita agar kita senantiasa bergerak/beraktivitas bukan hanya diam karena taqwa itu tidak bisa di capai hanya dengan diam saja harus kita usahakan.Begitu juga ketika kita sedang berpuasa kita tidak boleh menjadikan puasa sebagai alasan untuk megurangi aktivitas kita,bulan ramadhan adalah bulan yang di sana setiap kebaikan akan dilipat gandakan,oleh karena itu alangkah ruginya jika kita hanya menggunakan waktu puasa kita hanya untuk tidur saja.Memang tidur adalah bernilai ibadah tapi apakah kita puas dengan itu saja,coba kita bayangkan dan kita hitung ketika kita beraktivitas,misalkan bekerja,bekerja itu adalah perintah Allah berarti kita akan dapat kebaikan,dengan bekerja kita akan mendapat ma’isyah yang bisa kita gunakan untuk menghidupi keluarga kita itu adalah suatu kebaikan dan ketika ada lebih bisa kita gunakan untuk shodaqah dan itu kebaikan lagi,jadi lebih banyak kebaikan yang kita peroleh dengan beraktivitas dari pada hanya dengan tidur.Jadi adalah hal yang salah ketika kita menjadikan puasa sebagai alasan untuk mengurangi aktivitas kita.
Saudaraku itulah sedikit dari nilai ramadhan yang harus kita fahami dan kita implementasikan dalam kehidupan kita,ramadhan bukan hanya sekedar ibadah ritual saja tetapi menuntut kita untuk bukan hanya peduli terhadap diri kita sendiri tapi juga harus peduli dengan orang lain
Wallahua’alam

Selasa, 24 Juni 2008

Atas Nama Cinta?





eramuslim - Seorang pakar cinta dari dataran Cina bernama Mo Tzu, yang hidup sekitar (470 s/d 391 sebelum Masehi) mengajarkan sebuah ajaran cinta kepada dunia. Salah satu kalimatnya tentang cinta berbunyi:

"Seorang yang mengaku taat kepada kehendak langit maka dia akan menebar cinta secara mondial, sedang siapa yang ingkar terhadap kehendak langit dipastikan akan bercinta secara parsial."

Alhamdulillah kita lahir dan besar sebagai muslim, salah satu karakteristik agama Islam di antara agama langit (samawi) adalah dia bersifat universal. Tak peduli akan ras, bahasa, dan benua, Islam adalah agama yang Allah peruntukkan untuk dunia dan Insya Allah juga akan (kembali) menyatukan dunia.

Sehingga berkesan sekali refleksi Asy-Syahid Hasan Al-Banna tentang kesatuan dunia,

"Yang membedakan antara kaum muslimin dan pejuang nasionalis adalah bahwa paham nasionalisme kaum muslimin berdasarkan aqidah Islam. Misalnya, mereka berjuang untuk negara Mesir dengan mati-matian, sebab Mesir adalah bagian dari dunia Islam dan pemimpinnya adalah ummat Islam. Tetapi mereka tidak berhenti sampai di situ saja. Mereka juga berbuat demikian terhadap setiap tanah dan negara Islam yang lain. Sedangkan para pejuang nasionalis berjuang untuk bangsanya saja,"

Begitu kuat pengaruh cinta kepada dunia, sehingga atas nama cinta seorang Khalid bin Walid, laki laki besar dalam sejarah Islam, bisa 'takluk' kepada dunia.

Berkata Khalid, hanya karena cintanya terhadap dua hal sajalah yang sanggup membuatnya 'betah' berada di dunia, yang pertama cintanya yang menelaga terhadap istri tercinta, dan yang ke dua cintanya untuk berjihad membela agama Allah.

Bahkan atas nama cinta, Allah menjamin 2 golongan dari 7 yang dijamin-Nya akan memperoleh naungan-Nya di saat tidak ada naungan selain Naungan Allah, yaitu seorang yang di masa mudanya mencintai masjid dan dua pasang kekasih yang saling mencinta karena Allah.

Secara global Imam Syafi'i menggambarkan sosok orang yang terbukti sedang jatuh cinta dengan, "Seseorang akan mencintai apa apa yang dicintai oleh orang yang dicintainya."

Lebih konkrit, gerakan perjuangan Palestina menggambarkan karakterisitk orang yang telah teruji cintanya dan imannya dengan parameter shalat berjamaah di masjid untuk penilaian kelulusan pelaksanakan amanah mulia berupa aksi mengejar syuhada.

Dan atas nama cinta, Zaid bin Tsabit berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Duhai alangkah baiknya negeri Syam itu (Palestina), duhai alangkah baiknya negeri Syam itu." Para shahabat kemudian bertanya, "Ya Rasulullah, kenapa Engkau memuji Syam seperti itu?" "Para malaikat membentangkan sayapnya atas kota Syam tersebut," jawab Nabi selanjutnya. (HR Tirmidzi dan Ahmad)

Jadi kira kira apa bukti cinta orang-orang yang berkata, "Aku Bicara Atas Nama Cinta"?


Abu Syahidah

Jazakillah ade', das versuche ich noch InsyaAllah, mach du'a fur uns alle

Senin, 23 Juni 2008

Amal Yang Dicintai Allah

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata, aku bertanya kepada Rasulullah saw, "Amal apa yang paling dicintai Allah Azza Wajalla?, beliau menjawab, "Shalat tepat pada waktunya". Aku bertanya, kemudian apa lagi?, beliau menjawab, "Berbuat baik terhadap kedua orangtua". Aku bertanya, kemudian apa lagi?, beliau menjawab: "Jihad fi sabilillah". Ia berkata, Demikian Rasulullah saw mengabarkannya kepadaku, seandainya aku meminta tambahan, niscaya beliau menambahkannya". (HR. Bukhari dan Muslim).


Hadits di atas menjelaskan kedudukan dan tingkatan amal di sisi Allah Ta'ala. Amal yang dimaksud oleh hadis itu adalah amal badani (kasat mata), sebab amal yang afdhal (paling utama) dan paling dicintai Allah adalah beriman kepada-Nya, hal ini berdasarkan hadis Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya seseorang telah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, Amal apakah yang paling afdhal?, beliau menjawab,"Iman kepada Allah dan Rasul Nya". Ditanyakan, kemudian apa lagi?, beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah". Ditanyakan, lalu apa lagi?, beliau menjawab, "Haji mabrur".

Dengan demikian, kedua hadis yang menerangkan amal paling afdhal tersebut tidak bertentangan, sebab masing-masing berdiri menurut konteksnya. Perlu diketahui pula, ada beberapa hadis yang menerangkan keutamaan amal akan tetapi tidak sama urutannya dengan hadis di atas. Untuk mendudukkan hal tersebut, Ibnu Hajar berkomentar, "Dalam menjelaskan perbedaan jawaban Rasulullah ketika ditanya tentang amal yang paling utama, para ulama menerangkan, bahwasanya perbedaan jawaban tersebut berdasarkan perbedaan kondisi para sahabat yang bertanya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengajarkan kepada setiap kaum sesuai dengan apa yang mereka perlukan dan sukai. Jihad misalnya, pada permulaan Islam adalah amal yang paling utama, sebab jihad merupakan wasilah untuk melakukan berbagai amal tersebut. Disamping itu, banyak nash-nash yang menjelaskan bahwa shalat lebih afdhal daripada zakat, tetapi dalam kondisi sangat dibutuhkan dan genting, zakat bisa menjadi lebih utama".

Di antara dalil yang menguatkan bahwa terdapat derajat dan tingkatan amal di sisi Allah adalah sabda Rasulullah, "Iman itu ada 73 cabang, yang paling tinggi adalah kalimah La Ilaha Illallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan, dan malu adalah termasuk cabang dari iman".

Hadis yang sedang kita bahas ini juga menguatkan adanya sifat cinta bagi Allah. Dalam hal ini aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah lah yang menetapkan sifat-sifat bagi Allah secara haqiqi (bukan majazi), seperti apa yang ditetapkan oleh Allah terhadap diri-Nya sendiri. Di dalam Al-Qur'an terdapat 43 kali sifat cinta yang dinisbatkan kepada Allah Ta'ala, di antaranya adalah, "... dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik". (Al Baqarah: 195). "... sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal". (Ali- Imran:159). "... maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa". (Ali Imran: 76). "... sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil". (Al Maidah: 42) dan lain sebagainya.

Sebagai bentuk keadilan Allah, maka Dia tidak mencintai orang-orang kafir (30: 45) para pemboros (7: 31), orang-orang yang melampaui batas (7: 55), para perusak (28: 77), orang-orang yang dzalim (42: 40) dan lain-lain. Disamping itu, banyak hadis yang menegaskan bahwa Allah memiliki sifat cinta. Di antaranya hadis dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkata kepada Abdullah bin Qais, "Engkau mempunyai dua sifat yang di cintai Allah yaitu penyayang dan sabar". (HR. Muslim)

Meskipun kita mengetahui bahwa Allah memiliki sifat cinta, tetapi tidak dibenarkan mempertanyakan bagaimana wujudnya, sebab jawabannya di luar batas pengetahuan manusia, demikian pula halnya dengan sifat-sifat Allah yang lain.

Keutamaan suatu amal atas amal yang lain sebagaimana penjelasan hadis di muka, memang disebabkan bahwa amal tersebut lebih utama menurut asalnya.Tetapi keutamaan amal itu atas lainnya terkadang bergeser disebabkan sesuatu hal, seperti oleh perubahan waktu dan keadaan. Banyak contoh yang bisa menjelaskan hal ini. Bertasbih dan menyucikan Allah misalnya, ia lebih utama daripada istighfar (memohon ampunan kepada Allah), tetapi pada saat jiwa bergetar hebat karena perasaan dosa, maka istighfar lebih utama. Bahkan terkadang suatu amal yang utama menjadi makruh karena perbedaan situasi dan kondisi, seperti bau mulut. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam membenci mulut yang berbau ketika berada di tengah masa, tetapi pada saat lain beliau bersabda, "Sungguh... bau mulut orang yang sedang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah daripada aroma minyak kasturi". (Al Hadis)

Demikian pula dengan rendah hati kepada sesama muslim, ia merupakan hal yang utama sebab Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri. Tetapi sombong dan membanggakan diri ketika menghadapi musuh dan untuk menghinggapkan rasa takut di hatinya, adalah termasuk hal yang utama.

Dalam masalah yang penting ini, Ibnul Qayyim menjelaskan, "Membaca Al Qur'an lebih utama daripada dzikir, sedangkan dzikir lebih utama daripada do'a," jika masing-masing dipandang secara berdiri sendiri. Tetapi amal yang lebih rendah keutamaannya terkadang bisa menggeser kedudukan amal yang lebih afdhal darinya, hal itu seperti bertasbih dalam ruku' dan sujud.

Bertasbih ketika ruku' dan sujud lebih utama daripada membaca Al Qur'an pada keduanya, bahkan membaca Al Qur'an ketika ruku' dan sujud justru dilarang. Demikian pula bertasbih setelah selesai shalat lebih utama daripada membaca Al Qur'an pada waktu yang sama, menjawab azan dan menirukan ucapan muazin adalah lebih utama daripada membaca Al Qur'an meskipun kita mengetahui, bahwa Al Qur'an lebih utama atas semua perkataan manusia sebagaimana keutamaan Allah atas segenap makhluk-Nya, tetapi masing-masing ungkapan dan ucapan terdapat maqam dan tempatnya sendiri-sendiri.

Jika pada suatu maqam dan keadaan terdapat ungkapan dan perkataan khusus tetapi justru ia mengeluarkan ungkapan dan perkataaan yang lain maka hikmah dan maslahah yang dicari menjadi hilang dan tidak berpihak kepadanya.

Hal lain seperti orang yang melalaikan membaca Al Qur'an dan zikir, karena ketika melakukan keduanya ia tidak bisa khusyu', kemudian ia berdo'a dan hatinya bisa penuh tunduk dan khusyu' hanya kepada Allah, maka ketika itu do'a lebih bermafaat bagi dirinya meski secara asal, membaca Al Qur'an dan zikir lebih utama dan lebih besar pahalanya daripada ber-do'a. Dan tentu berbeda antara keutamaan sesuatu yang sejak awal memang melekat pada dirinya dengan keutamaan sesuatu karena sebab-sebab luar, masing-masing mesti diberi sesuai dengan haknya.

Segala sesuatu harus ditempatkan pas pada tempatnya. Termasuk dalam bab ini adalah bahwa surat Al Ikhlas sama dengan sepertiga Al Qur'an. Meskipun demikian, surat tersebut tidak menyamai ayat-ayat mawaris, thalaq, khulu' dan lainnya pada saat ayat-ayat tersebut diperlukan. Ayat-ayat tersebut tentu lebih bermanfaat daripada membaca surat Al Ikhlas.

Hal-hal seperti inilah yang seyogya-nya diketahui oleh setiap muslim dalam masalah keutamaan amal, sehingga ia tidak melalaikan amal yang kurang utama karena mengejar amal yang utama. Jika demikian maka iblislah yang beruntung merenggut keutamaan itu".

Pentingnya shalat tepat pada waktunya.
Yang dimaksud shalat disini adalah shalat fardhu (wajib). Shalat amat agung fadhilah dan pahalanya, ia merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Shalat adalah tiang agama, agama tidak akan bisa tegak berdiri kecuali dengan menegakkan dan mendirikan shalat. Allah berfirman, "... dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar". (Al Ankabut: 45)

Jika suatu umat menegakkan shalat maka mereka akan ditunjuki pada jalan kebaikan dan akan hilang kekejian dan kemunkaran dari mereka. Perintah mendirikan shalat dan menjaganya banyak kita dapatkan dalam Al Qur'an, seperti dalam 2: 238, 5: 12, 11: 114, 17: 78, 20: 14, 31: 17 dan banyak lagi yang lainnya.

Bagi laki-laki hendaknya memelihara dan melakukan shalat dengan berjamaah di masjid. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda, "Barangsiapa mendengar azan tetapi tidak mendatangi (memenuhi panggilan itu) maka tiada shalat baginya, kecuali karena ada uzur". (Al Hadis)

Perintah mendirikan shalat dengan berjamaah atas kaum laki-laki, juga berdasarkan hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu yang menceritakan seorang buta yang memohon keringanan dari Nabi untuk tidak berjamaah karena tiada seorangpun yang menuntunnya ke masjid, namun ketika ia mengaku mendengar azan lantas Nabi mencabut keringanan itu kembali.

Shalat adalah termasuk pelebur dosa yang paling agung. Dari Abu Hurairah, ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tahukah kalian, jika di depan pintu salah seorang kalian terdapat sungai lalu ia mandi di dalamnya lima kali setiap hari, apakah masih tersisa kotoran daripada-nya?" Mereka menjawab, "Tidak akan tersisa sedikitpun kotoran dari padanya". "Sesungguhnya para munafik itu menipu Allah, dan Allah membalas tipuan mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali". (An Nisa: 142)

Besok pada hari kiamat, shalat adalah amal yang pertamakali dihisab. Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya amal seseorang yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, maka ia benar-benar beruntung dan berhasil, tetapi jika shalatnya rusak maka ia benar-benar merugi. Jika dari shalat fardhunya ada sesuatu yang kurang maka Allah berfirman, "Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah, sehingga dengannya shalat fardhunya disempurnakan?. Kemudian seluruh amalnya (baru) dihisab". (HR. Turmudzi)